Ditengah perdebatan mengenai pemberian Doktor Honoris Causa, isu UNJ yang ingin menjadi PTN-BH justru kian tersingkirkan. Read more. Opini Pendidikan . Terapi Visi Pendidikan Indonesia. 3 May 2021 3 May 2021 redaksi304 0 Comments #pendidikan, hari pendidikan nasional, sekolah. 2 Mei kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional KabupatenSubang, Sekda Kabupaten Subang H. Asep Nuroni, S.Sos.,M.Si menghadiri Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan di Aula Pemda Subang, Senin (03/05/2021). Kepala Dinas Pendidikan, Tatang Komara, mengatakan, dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional ini mengajak para pihak yang hadir dalam acara ini untuk bisa meneladani sosok Padahari ini (12/5) juga diresmikan gedung sekolah SDN 1 Buraen yang merupakan salah satu SD binaan YPA-MDR dalam acara Festival KBA Kupang, NTT. SDN 1 Buraen adalah sekolah tertua di Amarasi Selatan yang dibangun pada tahun 1928. Foto : Astra for Katakota.com PendidikanKarakter Modal Besar Pendidikan Aceh. Redaksi Sumberpost. 2 Mei 2021. Banda Aceh - Setiap tanggal 2 Mei, indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahun 2021 masih sama dengan tahun sebelumnya, memperingati Hari Pendidikan Nasional ditengah pandemi Covid 19 jatuh pada hari Minggu 02/05/2021. MOMENTUMperesmian Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 1980, di Jakarta, dicanangkan pula sebagai Hari Buku Nasional BerandaOpini Fakta Tentang Pendidikan di Indonesia Beberapa Tahun Terakhir. Opini . Fakta Tentang Pendidikan di Indonesia Beberapa Tahun Terakhir. Muhammad Firhan Hudaya. April 20, 2022. 2 Mei, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Setiap tanggal itu pula semua kalangan mengenang segala perjuangan pahlawan terdahulu dalam . Logo Hari Pendidikan Nasional Hardiknas 2021Setiap tanggal 2 Mei Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Penetapan ini berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran Ki Hajar Dewantara yang kini dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Atas jasanya, melalui surat keputusan presiden tahun 1959 itu, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara ditetapkan menjadi Hari Pendidikan Nasional Hardiknas.Pada Hari Pendidikan Nasional 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengusung tema "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar".Walau tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tapi esensi atau makna pendidikan harus tetap sama. Pendidikan adalah modal bangsa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa. Melalui pendidikan akan melahirkan generasi unggul yang siap meneruskan perjuangan kata "pendidikan" terselip makna dan harapan. Berikut rangkuman makna dan harapan pendidikan dari berbagai generasi Audia Mahasiswi Universitas Indraprasta PGRIPendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Dengan pendidikan bisa mewujudkan apa yang diinginkan. Pendidikan membuka semua yang tertutup dalam diri kita. Pendidikan juga membuat kita tidak takut untuk melangkah menapaki satu demi satu batu pijakan untuk mewujudkan semoga pendidikan selalu di nomor 1 kan oleh semua murid, orangtua, masyarakat, bahkan pemerintah. Terutama untuk pendidikan di daerah terpencil mesti ada perhatian yang Nurlaela Mahasiswi Institut Pendidikan Indonesia IPI GarutPendidikan itu proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan yang mana nantinya dari tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan juga sebagai bentuk memanusiakan faktor pendorong pendidikan, semoga sarana prasarana dan tenaga pendidik harus lebih ditingkatkan. Sebab 2 hal ini penting. Apalagi di pelosok-pelosok yang sering kali sarana prasarananya kurang memadai ditambah lagi pengelolaan pendidikan intern yang sering kali mengambil hak peserta didik dengan korupsi, ini bisa menghambat dari itu sarana prasarana, guru yang profesional, dan pengelola di dalamnya semoga lebih baik lagi, karena tidak sedikit guru yang mengajar tidak sesuai kompetensi keahliannya. Intinya peningkatan mutu pendidik dan sarana prasarananya perlu Ananda Hidayat frelencerPendidikan sejatinya tercermin dalam perilaku diri, tak peduli seberapa kertas angka yang Noer Rahmat FPSH HAM DepokPendidikan adalah suatu proses mengenal Sang Pencipta. Sebab Sang Pencipta memberikan kita akal untuk berpikir dan mencari ilmu pendidikan di mana saja supaya semakin mengenal Sang Mahasiswa Universitas PakuanPendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar” dan pendidikan itu luas universal.AnonimPendidikan sebagai jembatan menuju jalan peradaban yang memiliki moral baik dan generasi yang berwawasan Aditya Mahasiswa IPB UniversityPendidikan inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia. Khususnya perempuan. Perempuan berpendidikan dampaknya adalah pada kualitas sumberdaya keluarga, waktu nikah, dan Nulhakim Siswa SMAN 1 Tenjo BogorSatu kata yang amat penting, di mana seluruh manusia wajib mendapatkannya tanpa terkecuali. Melalui pendidikanlah manusia bisa dikatakan sebagai manusia. Dengan ilmu juga dapat membedakan antara manusia dengan Pratiwi GuruPendidikan adalah sebuah proses panjang yang luar biasa. Pendidikan adalah hal spesial yang tak bisa dimiliki semua orang. Pendidikan adalah milik orang-orang tulus yang ingin mengabadikan dirinya untuk belajar dan mengajarkan berbagai kebenaran dan pendidikan merata, yang kaya bisa berilmu setara dengan yang miskin, yang di pedalaman dapat menimba sebanyak yang di kota besar. Aamiin ya Indah Paramita Mahasiswa IPB UniversityHarapannya, pendidikan berkualitas berdasarkan minat dan bakat pelajar. Jangan semua mata pelajaran dipaksa untuk bagus makna dan harapan pendidikan. Kalau menurutmu apa makna dan harapan dari pendidikan? OPINI — Peringatan Hari Pendidikan Nasional Hardiknas lazimnya digelar dengan khidmat di setiap tanggal 2 Mei. Selain upacara bendera, ada sejumlah perlombaan yang digelar di sekolah, instansi pemerintah, maupun organisasi kemasyarakatan. Namun, di masa ketika banyak orang di dunia bersembunyi dari Corona, kegiatan-kegiatan tersebut akan Presiden Soekarno melalui Keppres yang menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Ki Hadjar Dewantara. Berdasarkan Keppres itu juga, hari kelahiran pelopor pendidikan pribumi ini ditetapkan untuk diperingati sebagai Hari Pendidikan ini, peringatan Hardiknas dilaksanakan di tengah protokol Covid-19. Ini tidaklah mengurangi makna dari spirit yang hendak disemai. Bahkan, di tengah kesunyian peringatan, boleh jadi memberikan “dividen” sebagai investasi pertumbuhan anak-anak data Badan Pusat Statistik BPS, jumlah peserta didik pada Tahun Ajaran 2017/2018 mencapai 45,3 juta jiwa. Lebih dari separuh jumlah tersebut adalah peserta didik tingkat SD 56,26%. Sementara SMP berjumlah 10,13 juta jiwa 22,35% dan SMA/SMK sebesar 9,68 juta jiwa 21,39%. Angka tersebut diperkirakan tak jauh berbeda dengan kondisi tahun jauh, BPS memproyeksikan jumlah anak-anak Indonesia usia 0-17 tahun pada tahun 2020 sebesar 79,373 juta jiwa. Ini berarti sekitar 30% dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain, satu di antara tiga penduduk Indonesia adalah musim pandemi Covid-19, anak-anak itu berada “di-rumah-saja”. Pembelajaran sekolah mereka ikuti dari rumah secara daring. Kenyataan tersebut hendaknya tidak hanya menjadi respon terhadap Covid-19. Melainkan juga memberi makna terhadap Hardiknas dengan jalan mengambil manfaat dari situasi ini senafas dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional Pasal 13 UU yakni, “mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kerjasama dari semua pemangku kepentingan. Masyarakat dan tentu saja keluarga memiliki saham yang tidak kecil dalam upaya pengembangan potensi peserta didik, sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan kaitan ini, konsep Merdeka Belajar, sebagai bagian dari cetak biru pendidikan nasional yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim, diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada. Antara lain –dalam hemat kita– adalah dengan menempatkan pendidikan sebagai bagian dari proses pembudayaan, dan bukan sekedar “persekolahan”.Para pendiri bangsa founding fathers dengan sangat baik telah merumuskan tujuan kehidupan bernegara kita yakni, salah satunya, adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Hal ini tersurat dalam Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, dan menjadi roh regulasi pendidikan kita sudah sampai pada tujuan itu? Lantas, bagaimana seharusnya memaknai tujuan tersebut? Manfaat apa yang dapat dipetik dari Hardiknas di tengah pandemi COVID-19 saat ini?Pendidikan KeluargaMenurut hemat kita, tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 bukanlah sebuah “terminal akhir”. Melainkan sebuah “proses” yang harus berlangsung terus menerus dan secara berkesinambungan. Sebuah proses pembudayaan dalam kehidupan berbangsa dan berpendapat, bahwa pendidikan di sekolah saja tidaklah mencukupi. Setiap anak dan peserta didik memiliki keunikan dan bakat masing-masing. Apalagi ilmu dan pengetahuan masa kini berkembang sedemikian cepat. Tak jarang, apa yang dipelajari hari ini bisa menjadi “basi” dalam waktu yang tidak juga dengan pencapaian mengagumkan di bangku sekolah. Tidak otomatis menjadi dasar penilaian kemampuan seseorang. Banyak contoh menjelaskan tidak semua murid cemerlang di bangku sekolah menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Sebaliknya, banyak murid tidak menonjol di sekolah namun kemudian berhasil menjadi tokoh tentu bisa menyebut Thomas Alfa Edison, penemu lampu pijar dan pemilik lebih hak paten, yang sejak usia sebelas tahun diberhentikan oleh sekolah karena dianggap tak mampu mengikuti pelajaran. Sebut pula Mark Zuckerberg bos Facebook, Bill Gates dan Jack Ma keduanya orang terkaya dunia, George Washington dan Abraham Lincoln keduanya mantan Presiden Amerika dan tidak pernah sekolah tinggi.Di Indonesia, Anda bisa menyebut Adam Malik mantan Wakil Presiden RI yang cuma lulusan SD, Susi Pudjiastuti mantan Menteri Kelautan yang hanya lulusan SMP, atau Dahlan Iskan mantan Menteri BUMN yang berhenti atau DO di Semester IV. Daftar ini tentu masih dapat diperpanjang. Termasuk yang berlatar belakang pengusaha, politisi, seniman, artis, dan saja hal itu tidak berarti bahwa pendidikan sekolah tidak dibutuhkan. Melainkan mesti diperkaya dengan cita rasa pengalaman rohaniah dan pertumbuhan kecerdasan emosi untuk mengelola hubungan personal dan relasi ini dipotret dengan baik oleh Charles Darwin dalam otobiografinya, sebagaimana dikutip EF Schumacher 1973 “Hilangnya cita rasa itu berarti lenyapnya kebahagiaan, barangkali merusak kecerdasan dan lebih-lebih lagi mungkin berbahaya bagi moral, karena hal itu melemahkan kehidupan emosi kita.”Kelemahan tersebut dapat diatasi oleh pendidikan keluarga. Aspek emosi ditumbuhkan menjadi sebuah kecerdasan yang menuntun anak menjalani cara hidup yang benar. Menggunakan kecerdasan emosi sebagai dasar penalaran dan pemecahan masalah dan meningkatkan aktivitas anak-anak bersama keluarga selama protokol COVID-19 akan sangat berpengaruh dalam pertumbuhan kecerdasan emosi mereka. Orang tua dan keluarga inti sangat berperan. Jika ini dimaksimalkan, maka dalam satu generasi ke depan, Indonesia berpeluang menjadi negara saja, ada 79,373 juta jiwa anak Indonesia yang melewati masa pandemi COVID-19 bersama keluarga inti. Di antara itu, terdapat sekitar 44 juta anak yang berusia 0-9 tahun. Pengalaman “dilockdown” di-rumah-saja bersama keluarga akan mencerahkan dan meningkatkan kecerdasan emosi anak. Barangkali itu!Penulis adalah Penggiat Literasi dan mantan Ketua KPID Kaltim › Opini›Refleksi Hari Pendidikan Setiap tanggal 2 Mei, merujuk kelahiran Ki Hadjar Dewantara, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hari nasional tersebut ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Peringatannya setiap tahun memberikan ruang segenap warga bangsa merefleksikan hakikat dan ikhtiar kolektif mencerdaskan kehidupan bagi seorang pendidik, jika tampil ke depan, dia harus memberikan teladan yang baik. Manakala berdiri di tengah, harus menciptakan gagasan dan prakarsa yang baik. Manakala posisinya di belakang, pendidik tetap harus memberikan dorongan dan arahan. Keteladanan tokoh dan eliteSpirit etis pendidikan Ki Hadjar tersebut bermakna penting di tengah dinamika kehidupan bangsa dewasa para tokoh atau elite bangsa sebagai representasi manusiapendidik, bagaimanapun, kunci penting bagi ikhtiar pencerdasan kehidupan yang cerdas kehidupannya tidak saja merupakan amanat, tetapi sekaligus gambaran yang diberikan bapak bangsa dalam menyusun konstitusi dengan mengabadikannya ke dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun yang harus cerdas tak semata tiap-tiap warga bangsa, tetapi pola interaksinya yang berkorelasi dengan penguatan persatuan dan kesatuan. Karena itu, proses pendidikan tak semata-mata terkait pencerdasan secara intelektual, tetapi juga pematangan emosional, sosial, dan spiritual yang memperkuat karakter bangsa. Ikhtiar pemerintah memajukan pendidikan nasional dilakukan dalam bingkai mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang baik dan terarah berdampak pada pelejitan kualitas sumber daya manusia. Prosesnya tentu tak sebatas pembelajaran di ruang-ruang sekolah, tetapi juga melibatkan secara proaktif segenap pemangku kepentingan, dari keluarga, masyarakat, hingga dunia usaha dan dunia industri DUDI.Undang-Undang UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut merefleksikan perlunya sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan literasi yang komprehensif dalam bingkai moralitas bangsa Indonesia yang religius dan daya manusiaKebijakan pendidikan terkait erat dengan titik berat pembangunan nasional. Selama ini pemerintah telah gencar melakukan pembangunan infrastruktur yang manfaatnya semakin terasakan sebagai sabuk pemersatu bangsa, penguat interkonektivitas, serta pendorong proses ekonomi yang semakin efektif dan efisien. Seiring dengan itu, titik berat pembangunan ke depan akan mengarah ke pengembangan sumber daya manusia. Hal ini dapat segera dipahami, mengingat kemanfaatan infrastruktur akan semakin optimal manakala sumber daya manusianya semakin spesifik, dewasa ini, semua bangsa di dunia tengah dihadapkan pada perkembangan teknologi informasi yang bergerak begitu cepat. Kita telah masuk ke Era Revolusi Industri yang ditandai bekerjanya peranti-peranti digital baru serba canggih yang memadukan basis kinerja internet of thing, artificial intelligence, advance robotic, hingga big data analytics. Presiden Joko Widodo sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan tersebut. Revolusi Industri membutuhkan respons sumber daya manusia yang andal, sekaligus mampu menciptakan ragam peluang baru secara kreatif, justru di tengah ancaman disrupsi, ketika banyak jenis pekerjaan manusia tergantikan penguatan pendidikan karakter agar peserta didik senantiasa mengedepankan akhlak mulia, sopan santun, tanggung jawab, empan papan, serta berbudi pekerti luhur, proses pendidikan juga diarahkan ke penguatan keterampilan dan kecakapan yang selaras dengan kebutuhan pendidikan vokasi, misalnya, dilakukan guna mempersiapkan itu semua. Tentu saja hal tersebut bagian dari kebijakan yang lebih komprehensif, yang terkait pula dengan perbaikan mutu guru hingga kelengkapan sarana prasarana yang diakui, proses penyelenggaraan pendidikan kita masih dihadapkanpada sejumlah tantangan yang menjadi perhatian publik. Yang mengemuka, antara lain, masalah yang melingkupi guru dan tenaga kependidikan, hingga beberapa kasus tertentu yang viral ke media sosial melibatkan siswa. Intinya, masalahnya cukup kompleks. Semua itu membutuhkan respons kebijakan yang tepat dari pemerintah, sekaligus partisipasi aktif segenap pemangku telah menetapkan anggaran pendidikan nasional sebesar 20 persen dari total anggaran nasional. Namun, praktiknya, anggaran tersebut terbagi-bagi ke berbagai kementerian dan lembaga. Selain itu, seiring dengan implementasi otonomi daerah secara luas, anggaran pendidikan banyak tersalur pemerintah daerah melalui mekanisme dana alokasi umum DAU dan dana alokasi khusus DAK. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah diharapkan semakin semua pihak dalam memajukan pendidikan mengingatkan kembali pada pesan Ki Hadjar Dewantara di atas, ”Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Ikhtiar memajukan pendidikan bagi hadirnya sumber daya manusia yang berkualitas tentu tidak semata-mata bergantung kepada pemerintah pusat, tetapi juga proaktifnya pemerintah daerah dan segenap pemangku kepentingan lainnya, terutama DUDI. Mari kita majukan pendidikan kita untuk songsong masa depan bangsa yang lebih baik. Selamat Hari Pendidikan Effendy Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Salam sejahtera untuk kita semua, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, salam kebajikan. Hari ini. Minggu 2 Mei 2021. Segenap bangsa di republik ini kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional, hari dimana kita seyogianya bukan hanya sekedar mengenang jasa pahlawan pendidikan dimasa lalu, namun juga menerapkan nilai-nilai perjuangan mereka dalam tekad dan upaya kuat mencabut benih-benih kebodohan yang ditanamkan penjajah pada ladang pemikiran bangsa Indonesia. Kita semua tentunya sependapat bahwasanya sejarah Ki Hadjar Dewantara telah memberikan banyak tauladan akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan dan kemajuan bangsa ini. Tak ada hukuman yang lebih menyedihkan dari terpenjara kebodohan. Kebodohan jelas akar atau jurang kemiskinan dan kemaksiatan. Hanya dengan pendidikanlah, bangsa ini dapat terlepas dari beragam belenggu kemaksiatan, salah satunya korupsi dan perilaku koruptif yang telah menggurita direpublik ini. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK sudah tentu menilai pendidikan sangat penting karena menjadi urat nadi dan elemen vital dalam upaya membangun karakter serta integritas bangsa, melalui pendidikan yang berkualitas yang menanamkan nilai-nilai antikorupsi didalamnya. Pendidikan menjadi begitu amat penting, mengingat pendidikan sebagai satu upaya mewujudkan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan bangsa yang cerdas maka akan membawa kesejahteraan umum bagi semua anak bangsa. Bahkan jauh lebih dari itu, pendidikan adalah salah satu senjata yang paling ampuh yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. Karena itulah, KPK memasukkan pendidikan sebagai salah satu "national interest" dalam road map 2011-2023 dan bukan hanya itu, KPK juga menempatkan pendidikan sebagai strategi pertama dari 3 strategi pemberantasan korupsi lainnya, yang menjadi core bussiness KPK. Dengan menggunakan jejaring pendidikan formal maupun non formal mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Peguruan Tinggi, KPK telah memasukan unsur dan nilai-nilai pendidikan anti korupsi kepada masyarakat, untuk membentuk dan menjaga karakter serta integritas setiap anak bangsa agar lepas, tidak terpengaruh laten korupsi yang telah berurat akar direpublik ini. Tidak dapat dipungkiri, nilai-nilai perjuangan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara bersama pahlawan pendididkan lainnya, semuanya benar. Melalui pendidikan, kita tentu dapat merekuh kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Ingat, masa depan bangsa ini tidak ditentukan saat dia terlahir, namun dengan pendidikan serta semangat belajar, berjuang, bekerja keras, Insya Allah masa depan negeri ini akan semakin baik. Selamat Hari Pendidikan Nasional, mari tanamkan selalu nilai-nilai anti korupsi dalam setiap pendidikan di republik ini, agar cita-cita merdeka dari laten korupsi, dapat segera raih dan wujudkan di bumi pertiwi. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. - Tanggal 2 Mei selalu menjadi peringatan Hari Pendidikan Nasional Hardiknas. Pemerintah menetapkan 2 Mei sebagai Hardiknas karena bertepatan dengan tanggal kelahiran Ki Hadjar dari National Geographic, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Pahlawan Nasional yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Ki Hajar Dewantara. Dirinya merupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri dari Taman Siswa untuk penduduk pribumi mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang zaman penjajahan Belanda, pendidikan merupakan hal yang sangat langka, terpandang, dan tentunya dinilai mahal. Baca juga Hardiknas 2020, Nadiem Belajar Tidak Selalu Mudah, Ini Saatnya Mendengar Nurani Hanya orang-orang terpandang bangsawan dan priyayi serta orang asli Benlanda yang diperbolehkan mendapatkan pendidikan. Tut Wuri HandayaniSemboyan pendidikan Dalam sistem pendidikan, Ki Hajar Dewantoro selalu menerapkan tiga semboyan dalam bahawa Jawa, yaitu Ing ngarso sung tulodho Dindepan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik Ing madyo mbangun karso Di antara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa › Opini›Harapan pada Pendidikan Orientasi pendidikan untuk pembentukkan kemanusiaan, keindonesiaan, dan keahlian atau keterampilan pada bidang tertentu. Dan, pendidikan merupakan proses dialogis yang tidak nampak secara langsung perubahannya. Kompas SupriyantoHenry Giroux 2021 dalam Race, Politics, and Pandemic Pedagogy Education in a Time of Crisis menyebut politik dan ekonomi global telah mereproduksi ketidaksetaraan secara besar-besaran, eksploitasi, ekologi penghancuran, perang, penjajahan, dan komodifikasi kehidupan itu, wacana pendidikan yang hadir di masa pandemi lebih didominasi pertimbangan metodologis terkait pembelajaran daring. Selain itu, pendidikan yang merupakan milik publik justru menjadi sangat instrumental dan direduksi menjadi sebatas proses pelatihan, penjenjangan karir yang kosong, dan sangat berbasis pasar. Meski demikian, menurut Giroux, pendidikan sekali lagi menjadi elemen penting dari perjuangan kolektif untuk politik yang memiliki visi, energi, dan harapan juga Tantangan PendidikanHarapan selalu disematkan pada pendidikan, termasuk pada kontribusinya untuk memberikan corak berwarna pada setiap anak bangsa. Ruang pendidikan memberikan kesempatan bagi setiap anak bangsa untuk mengeksplorasi ragam pengetahuan dan keterampilan, terus mempertanyakan banyak hal, saling mengenal dan berjumpa, berdialog secara substantif, dan menempa saat ini narasi yang diinternalisasikan di ruang pendidikan selalu berkaitan dengan kompetisi. Titik tolaknya selalu dimulai dengan persaingan di era global dan hal tersebut memerlukan ragam saat ini narasi yang diinternalisasikan di ruang pendidikan selalu berkaitan dengan ada waktu bersantai jika tidak ingin tergilas laju zaman yang super cepat. Situasi yang menyebabkan dunia pendidikan kini semakin berwajah tak menyenangkan anak belajar mungkin hanya di masa taman kanak-kanak, di mana momen bermain anak sekaligus sebagai momen belajar. Kemudian semakin naik jenjang, anak-anak semakin terbebani dengan aneka tes. Sebab, tes dijadikan momen penentu bagi penguasaan pihak kemudian bertanya, apakah tujuan anak-anak belajar untuk menguasai pengetahuan atau mahir dalam keterampilan tertentu, atau untuk lulus tes?KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Para siwa berkompetisi dalam Lomba Cipta Game Olimpiade TIK Nasional OTN di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Minggu 6/8/2017. Selain lomba cipta gim, OTN yang diikuti oleh siswa tingkat SD hingga SMA tersebut juga diisi dengan kompetisi fotografi, mengetik cepat, membuat film pendek, dan pendidikan merupakan medan di mana setiap insan berupaya mengenal diri dan orang lain dan secara tekun meniti sedikit demi sedikit untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan diri, masyarakat, dan bangsa. Perwujudan pendidikan yang memberi ruang pada pengenalan diri, masyarakat, dan bangsa bukan perkara Tagore dalam pidato penerimaan nobel Gitanjali, 2012 menarik untuk disimak. Ketika bersekolah, Tagore menyebutkan bahwa dirinya harus melalui mesin pendidikan yang meremukkan kegembiraan dan kebebasan, sehingga keingintahuan anak-anak yang sangat alamiah harus direnggut proses pendidikan di sekolah. Itulah sebabnya ia mendirikan institusi pendidikan yang berupaya memberi ruang anak-anak untuk bersuka cita, menikmati hidup, dan mampu berkomunikasi dengan juga Tujuan Pendidikan dan Imajinasi Manusia IndonesiaOrientasi pendidikanKi Hajar Dewantara dalam Hubungan Pendidikan dan Kultur yang terhimpun di Buku I Pendidikan yang diterbitkan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Cetakan, 2013 menyebut pendidikan dan pengajaran merupakan tingkah laku yang semata bersifat “kulturil”. Ki Hajar menjelaskan kultur menjadi tiga mengenai rasa kebatinan atau moral yang terkait dengan agama, adat istiadat, tata negara, sosial yang bertujuan membuat hidup yang tertib serta damai. Kedua, mengenai kemajuan imajinasi dalam bahasa Ki Hajar, kemajuan angan-angan seperti melalui pelajaran ilmu bahasa. Dan ketiga, terkait kepandaian atau vokasi dalam konteks saat ini seperti persoalan pertanian, industrian, pelayaran, kesenian dan lain kulturil dalam pandangan Ki Hajar adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari kematangan budi yang merupakan buah dari kehalusan perasaan, kecerdasan, dan kekuatan perspektif M Sjafei, seperti ditulisnya pada Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Filsafat dan Strategi Pendidikan M Sjafei Ruang Pendidik INS Kayu Tanam, AA Navis, 1996, tujuan pendidikan dan pengajaran ialah menjadikan Indonesia besar dengan keaktifannya yang besar menggarap kekayaan alamnya yang besar untuk menolong kehidupan manusia seumumnya. Sjafei menjabarkan, agar melalui pendidikan didapat sifat manusia Indonesia yang memiliki rasa kemanusian, aktivitas yang besar, kecakapan dalam meniru dan mencipta sesuatu yang baru, rasa tanggungjawab, keyakinan demokrasi dalam hak dan kewajiban, jasmani yang sehat dan kuat, keuletan, ketajaman berpikir dan logis, serta peka dan halus Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1985-1993, dalam dialog bertajuk “Mendekatkan Anak Didik pada Lingkungan, Bukan Mengasingkannya” di Prisma Edisi 2 bulan Februari tahun 1986 Pendidikan Adakah Harapan? menyampaikan bahwa pendidikan tanpa orientasi budaya akan menjadi gersang dari nilai-nilai luhur. Sedangkan kebudayaan tanpa pendukung-pendukungnya yang sadar dan terdidik, pada akhirnya akan memudar sebagai sumber nilai dan menjadi silam dalam perjalanan tanpa orientasi budaya akan menjadi gersang dari nilai-nilai itu, menurut Fuad Hassan, pendidikan bertujuan untuk memberikan peluang kepada seseorang untuk memiliki ilmu pengetahuan, teknologi, berbagai kemahiran dan keahlian. Melalui pendidikan, sebut Fuad Hassan, seseorang bisa sampai pada kesadaran “pemilikan”, bahkan “penguasaan” ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga meningkat kesadarannya akan kemampuan untuk bergumul dengan berbagai gagasan yang dipaparkan sudah sangat lama, tetapi paparan dari Ki Hajar Dewantara, M Sjafei, dan Fuad Hassan tetap penting untuk disimak dan menjadi pengingat bagi kita ketika bicara mengenai tujuan pendidikan. Jika disimak secara seksama ketiganya menitikberatkan orientasi pendidikan untuk pembentukkan kemanusiaan, keindonesiaan, dan keahlian atau keterampilan pada bidang tertentu. Ketiga orientasi tersebut tetap krusial diinternalisasikan dalam ruang pendidikan saat 2010 dalam Good Education in an Age of Measurement menyebutkan bahwa fungsi pendidikan antara lain kualifikasi, sosialisasi, dan subyektifikasi. Orientasi kemanusiaan dan keindonesiaan jika meminjam paparan Biesta masuk ke ranah sosialisasi dan subyektifikasi, sementara keterampilan masuk ke ranah saja hingga kini pendidikan di Indonesia terus menerus mendapatkan tantangan untuk mewujudkan harapan-harapan yang disampaikan oleh pemikir pendidikan di masa lampau. Surakhmad 1986 mengingatkan tentang adanya usaha reformasi tambal sulam dalam perbaikan pendidikan. Sistem yang ada menurut Surakhmad tidak pernah didesain dengan sadar untuk efektif menghadapi masa depan. Seperti ada yang selalu luput dari segi orientasi juga Mendidik untuk Menuai Generasi Unggul Masa DepanTWITTER ANGGI AFRIANSYAH Anggi AfriansyahSuwignyo 2021 bahkan menyebut sejumlah persoalan pendidikan terus berulang setiap waktu dan solusi kebijakan pemerintah berada pada keruwetan politik pendidikan yang tetap. Biesta 2013 dalam The Beautiful Risk of Education memaparkan bahwa pendidikan merupakan proses dialogis sehingga pada prosesnya laju pendidikan bisa jadi begitu lambat, sulit, membuat frustasi, penuh kelemahan, dan hasilnya tidak dapat dijamin. Sesuatu yang jelas berbeda dengan pembangunan infrastruktur yang nampak secara langsung Afriansyah, Peneliti di Pusat Riset Kependudukan BRIN, Twitter anggiafriansyah

opini tentang hari pendidikan nasional